Ikrar
1. Kami putra putri Indonesia mengaku, bertumpah darah yang
satu, tanah air Indonesia.
2. Kami putra putri Indonesia mengaku, berbangsa satu bangsa Indonesia.
3. Kami putra putri Indonesia mengaku, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
2. Kami putra putri Indonesia mengaku, berbangsa satu bangsa Indonesia.
3. Kami putra putri Indonesia mengaku, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Sebuah ungkapan klasik, telah berulangkali disebutkan bahwa sejarah
perjalanan bangsa Indonesia sejatinya tidak lepas dari keberadaan dan peran
pemuda. Di republik ini, peran pemuda sangat jelas terlihat pada awal
perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan itu sendiri, dan pasca kemerdekaan
bangsa. Singkat kata, dari prosesi tahapan-tahapan momentum kebangsaan, kita
akan selalu menemui jejak tapak eksponen kepemudaan.
Dalam berbagai dokumen dan referensi, tersebut kiprah pemuda di
Indonesia diawali pada permulaan tahun 1908 yang ditandai dengan berdirinya
Budi Utomo. Semangat kebangkitan ini kemudian mengkristal dengan
dideklarasikannya momentum besar, yakni Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober
tahun 1928. Peristiwa ini memberi hikmah pertama catatan penting dalam
mempersatukan perjuangan pemuda dan perjuangan bangsa secara terpadu. Kedua,
Sumpah Pemuda meletakkan arah dan tujuan perjuangan menentang kolonialisme.
Sehingga, ketiga, Sumpah Pemuda sejatinya adalah genealogi-politik
menuju proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
“Kami putra-putri Indonesia”, begitu Sumpah Pemuda dibunyikan, bertanah
air, berbangsa dan berbahasa satu yakni tanah air, bangsa dan bahasa:
Indonesia. Dalam torehan tinta sejarah bangsa, momentum tersebut telah
menemukan sebuah konsepsi geopolitik dan identitas kebangsaan yang memaknai
eksistensi sebuah negeri berlabel Indonesia. Dengan arti kata, bahwa Sumpah Pemuda
adalah sebuah pernyataan politik dan sekaligus gerakan kebudayaan yang
mengawali sebuah aktivisme pergerakan kepemudaan.
Minggu 28 Oktober 1928, selayaknya tidak hanya disebutkan sebagai hari
sumpah pemuda melainkan juga hari lahirnya bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda
adalah tidak lain sebuah factum unionis atau akta lahirnya sebuah
definisi bangsa berikut unit geografi politiknya (tanah air Indonesia) dan
identitas nasional (bahasa Indonesia dan simbol merah putih). Definisi itu
lebih tegaskan dalam syair lagu Indonesia Raya yang diperdengarkan secara resmi
untuk kali pertama.
Ketika itu dalam dada kaum muda, Indonesia adalah sebuah ikon untuk
mengenyahkan (me-reflace) sebutan Hindia Belanda. Hal ini merupakan
sebuah konsentiasi untuk menjadi sebuah bangsa yang otonom dan mandiri. Sumpah
Pemuda merefleksikan adanya unsur rakyat Indonesia yang ketika itu
mengihktiarkan sebuah negara yang merdeka, keluar dari ketertindasan oleh
penjajah kolonial Belanda. Pernyataan pemuda itu pula adalah aksentuasi rakyat untuk
berbangsa dan bertanah air yang merdeka, dengan bangunan karakter yang
dinyatakan sebagai Indonesia.
Lebih ekstrim juga dapat terbaca bahwa sejak saat itu, revolusi ke arah
kemerdekaan bangsa telah diawali. Disaat itu pula, sejatinya perjuangan bangsa
telah menemukan gerbangnya. Bangsa Indonesia adalah ibu pertiwi, demikian
istilah pemuda-pemuda yang juga menyebutkan dirinya sebagai anak-anak bangsa.
Disisi ini, ada makna cinta-kasih sayang nan tulus antara ibu dan anak. Si ibu
menyapih si anak, sang anak bangsa menjadi harapan sang ibu pertiwi.
Sehingga pada medio 1928 itu, negeri Indonesia telah dapat terbayangkan
wujud rupanya. Terdapat unsur tanah air, terdapat unsur bahasa, terdapat pula
lagu kebangsaan, dan juga merah putih telah dipakai simbol bersama di dada
mereka. Merdeka !, pekikan perjuangan mulai menyemangati setiap derap langkah
anak-anak bangsa sejak saat itu.
Pemuda-pemuda itu adalah unit politik yang hadir seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, serta wakil pemuda golongan timur asing (tionghoa). mereka adalah entitas politik yang sejatinya dapat saja mewujudkan sebuah negara merdeka pada saat itu pula. Hanya sayangnya, pemuda di tahun 1928 belum siap dengan konsep negara yang merdeka dan berdaulat. Bangsa yang mereka nyatakan tidak disempurnakan dengan ide pembentukan pemerintahan sehingga melengkapi konsep bangunan sebuah negara berdaulat. Mereka butuh waktu 17 tahun untuk sampai kepada pendirian sebuah negara berpemerintahan sendiri.
Akan tetapi, demikianlah sejarah telah terjadi dan makna kepeloporan
pemuda tidak berkurang karenanya. Mereka telah meraih emas-permata pada
lembaran sejarah bangsa ini. Selain itu, mereka pula telah menanamkan makna
akan nilai-nilai yang sepatutnya menjadi pegangan kaum muda selanjutnya. Di
waktu setelahnya, titik-titik sejarah gerakan pemuda terus berlanjut hingga
dewasa ini.
Peran pemuda terlihat pada awal lahirnya Orde Baru tahun 1966 dengan
tuntutan Tritura. Tri Tuntutan Rakyat adalah tiga tuntutan kepada
pemerintah yang diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Selanjutnya diikuti oleh
kesatuan-kesatuan aksi yang lainnya seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia
(KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh
Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita
Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI) serta didukung penuh
oleh Angkatan Bersenjata.
Pada era Orde Baru peran pemuda tampil lagi kemudian dengan mahasiswa
sebagai kekuatan intinya. Antara lain Peristiwa Malari tahun 1974, peristiwa
ini dipandang sebagai demonstrasi mahasiswa menentang modal asing, terutama
Jepang. Beberapa pengamat melihat peristiwa itu sebagai ketidaksenangan kaum
intelektual terhadap Asisten pribadi (Aspri) Presiden Soeharto yang memiliki
kekuasaan teramat besar.
Di penghujung kekuasaan Orde Baru, kekuatan pemuda yang tetap
mngedepankan kekuatan mahasiswa kembali bangkit. Tahun 1998 menjadi satu
catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi
krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi,
sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang
didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian
berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa
bidang, khususnya sistem pemerintahan.
Alhasil, berbagai peristiwa menjadikan bukti nyata bahwa pemuda selalu
menjadi garda terdepan dalam usaha-usaha perbaikan bangsa. Benang merah dari
berbagai peristiwa tersebut, bahwa pemuda indonesia selalu menempatkan dirinya
sebagai agen perubahan (agent of change) bagi negerinya. Konsepsi
peranan ini menempati pikiran dan tindakan mereka untuk selalu menggelorakan
perubahan sosial pada bangsa ini.
Pada tiap momentum perubahan yang dilakoni kalangan pemuda, selalu
menyentuh nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat.
Dalam realitasnya, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dari catatan sejarah sejak pencetusan ikrar Sumpah
Pemuda, selain memberikan makna historis juga terdapat juga makna filosopis.
Makna filosopisnya adalah semangat perjuangan, dedikasi, dan pengorbanan untuk
persatuan dan kesatuan bangsa yang multikultural dengan nafas nasionalisme.
Dan kini, kepada anak bangsa sebagai generasi penerus dewasa ini perlu
membaca ulang makna sumpah pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta
keinginan bersatu yang tinggi. Seperti pandangan Keith Foulcher (2008) yang
menyoroti proses perkembangan Sumpah Pemuda sebagai suatu simbol nasional yang
penting sejak tahun 1928 hingga sekarang. Dalam pemahamannya, Sumpah Pemuda
yang kita kenal sekarang merupakan suatu hasil dari akumulasi nilai-nilai yang
disisipkan dan dititipkan sejak peristiwa 82 tahun silam itu.
Dapat di indera bahwa Sumpah Pemuda sejak tahun 1928 telah terdistorsi
dari masa ke masa, terutama pada hampir setengah abad belakangan ini. Olehnya,
selayaknya dibutuhkan proses penyadaran bersikap kritis atas diperalatnya
sejarah Sumpah Pemuda untuk kepentingan penguasa menghadapi tantangan zaman ke
zaman. Foulcher mengajak semua anasir bangsa memahami prosesnya secara historis
sehingga Sumpah Pemuda menjadi salahsatu simbol nasional yang penting dalam
konteks untuk memahami Indonesia.
Semoga semangat aktivisme tetap terpatri di dada pemuda, meneruskan
makna kesejarahan Sumpah Pemuda dan memahamkan makna filosopisnya. Ikrar Satu
nusa, satu bangsa dan satu bahasa yakni Indonesia selayaknya tidak sekedar
dibacakan pada seremoni tanggal 28 oktober setiap tahunnya. Membaca Sumpah
Pemuda mutlak pada makna yang lebih dalam, tidak sekadar mengerti fakta
sejarahnya.[]
0 komentar:
Posting Komentar